Penulis: Dhona Maria Ananda
Abestock |
Pada tahun 2012, seorang model di Amerika kehilangan kedua kakinya karena harus diamputasi setelah didiagnosis Toxic Shock Syndrome (TSS).
Kemudian pada tahun 2017, seorang remaja perempuan Amerika meninggal dalam tidurnya dalam perjalanan wisata kelas akibat Toxic Shock Syndrome.
Kasus kedua tersebut diduga karena penggunaan tampon yang tidak sesuai prosedur kesehatan.
Sebenarnya apa itu Toxic Shock Syndrome??? Apakah memang ada kesamaan dengan penggunaan tampon??? 🧐
👉 Sindrom Syok Toksik
TSS adalah suatu kondisi yang dikaitkan dengan peradangan atau infeksi karena penumpukan darah yang tidak higienis.
Contohnya seperti luka terbuka pada persalinan, operasi bedah, flu (influenza), cedera memar, luka kecil pada kulit, dan komplikasi lainnya.
Secara sederhana, TSS merupakan keracunan serius yang dapat mengancam nyawa.
TSS dapat disebabkan oleh bakteri staphylococcus (staph) atau streptococcus (strep).
Namun, terkadang dikaitkan dengan gigitan serangga atau jenis alat kontrasepsi wanita tertentu.
Toxic Shock Syndrome dapat menyerang siapa saja, termasuk laki-laki, wanita, dan anak-anak dari segala usia.
👉 Hubungan Toxic Shock Sydrome Dengan Tampon
TSS disebabkan ketika racun yang dibuat oleh strain bakteri staphylococcus atau steptococcus tertentu masuk ke aliran darah.
Tampon yang penuh darah menstruasi merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkembang biak dan memproduksi racun.
Terlebih lagi, proses pemasangan tampon dapat merusak dinding vagina. Luka tersebut dapat menjadi jalan masuk bakteri ke pembuluh darah.
Akumulasi darah yang terjadi di tampon juga dapat menciptakan lingkungan di mana infeksi dapat menyebar.
Infeksi yang disebabkan oleh tampon dapat terjadi ketika seorang wanita membiarkan tampon ke dalam rongga vagina dalam jangka waktu yang lama (biasanya 30 jam).
Hal tersebut melebihi jam yang disarankan yaitu antara 4-8 jam.
#womenshealth #toxicshocksyndrome #hubungantampondengantoxicshock #gynecologicaldisease
No comments:
Post a Comment